When My Friends Getting Married and have Kids, I Chose to Adopt Kittens
Teby & Keto |
Dulu sebelum perang antar suku pecah di Kalimantan Tengah, kami sekeluarga memelihara kucing. Kucing itu kami beri nama Keti, kami sekeluarga sangat sayang pada Keti. Ia kucing laki-laki yang lucu. Sampai suatu ketika, perang itu pecah dan memaksa kami sekeluarga untuk mengungsi secara mendadak. Saya masih ingat betul saat lagi bermain sepeda tiba-tiba diteriaki Mamii untuk segera naik ke mobil bak terbuka. Kami harus pergi saat itu juga ke tempat yang aman, ya kami tinggal di daerah rawan konflik.
Kami pergi tanpa Keti karena dia tidak bisa ditemukan di manapun saat
kami harus pergi. Hari itu menjadi momok buat keluarga karena trauma akan
konflik dan kehilangan kucing kesayangan kami. Sejak saat itu kami tidak pernah
memelihara kucing lagi.
Puluhan tahun berlalu. Februari 2020, Mamii dan Pak Is sudah resmi pensiun. Saya mengusulkan untuk kembali mengadopsi kucing, untuk menemani kedua orang tua saya di waktu senggang karena anak-anak yang sedang bekerja. Akhir Februari kami resmi mengadopsi kucing persia dan kami beri nama Keto.
Kami sekeluarga merasa keputusan mengadopsi
kucing adalah hal yang tepat karena tidak lama setelah itu Covid-19 mulai
menyerang Indonesia, dan semua orang direkomendasikan untuk mengerjakan
aktivitas di rumah saja. Keto sungguh menjadi hiburan tersendiri untuk keluarga
kami.
Merasa kasihan Keto nggak punya
teman sesama kucing di rumah kami memutuskan mengadopsi kembali kucing. Tepat 3
bulan usia Keto, kami mengadopsi Teby, kucing bercorak Merah Tabby. Semakin
ramailah kehidupan keluarga kami dengan tambahan dua kucing di rumah.
Hingga saat ini saya kembali ke kampung
halaman, Pangkalan Bun harus LDR dengan para kucing di Semarang. Hampir setiap
hari saya menelepon dengan video keluarga di Semarang hanya untuk melihat
perkembangan para kucing-kucing itu.
Jadi makin kangen, sabar-sabar
sebentar lagi kita ketemu ya anabulku :’)
0 komentar
Please kindly leave your comment with your ID