Cause Your Life isn't about Yours
Source : U Must Be Lucky |
Beberapa minggu lalu, aku baru
selesai membaca novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye. Eits, tapi
di sini aku tidak akan mereview
ceritanya karena toh sudah banyak review yang
lebih baik. Jadi, aku hanya mau berbagi pencerahan yang ku dapat dari novel
tersebut. Pencerahan tersebut mengenai keajaiban takdir, takdir orang satu yang
terhubung dengan takdir yang lainnya.
Baiklah, aku suka memulai pencerahan ini
dengan pertanyaan-pertanyaan. Karena pertanyaan-pertanyaan bisa jadi ajang
refleksi diri.
Here we go ...
Kalian percaya takdir kan ? dalam agama yang ku anut pun takdir
menjadi sesuatu yang harus diimani. “Percaya pada qada’ dan qadar” begitu salah satu
bunyi rukun iman ke-6 yang sedari kecil sudah mulai ditanamkan dalam agamaku.
Tentunya kalian sudah tahu bukan ? Semua apapun yang terjadi telah
ditentukan, sudah ditulis dalam suatu buku-hidupmu. Kelahiran, jodoh, penyakit,
kesembuhan, rezeki, pekerjaan, kematian bahkan hal-hal kecil seperti helaan
nafasmu, kedipan matamu, garukan di kulitmu sudah pasti dituliskan.
Lalu, pernahkah kalian mempertanyakan mengapa kalian ditakdirkan berada
di tempat sekarang kalian berada ? bukan di tempat lainnya ? di tempat terbaik
versi kalian ? pernah bukan ? Aku seringkali mempertanyakannya, selintas
lalu saja tanpa sadar lalu terlupakan.
Tuhan menciptakan banyak sekali
manusia dengan takdirnya masing-masing. Mengapa masing-masing dari kalian bisa
saling mengenal ? Ya ... ya ... kalian berpikir karena takdir bukan ? Ya,
takdirlah yang membuat satu dan lainnya saling mengenal. Masing-masing
ditakdirkan untuk saling mengenal yang lainnya dengan takdir masing-masing.
Masing-masing, satu dan yang
lainnya. Hei, tetapi pernahkah kalian
berpikir tentang takdir orang lain ? pernahkah kalian berpikir bahwa takdir
kalian menjadi bagian dari takdir orang lain tersebut ?
Semisal :
Aku calon mahasiswa yang berasal dari Kalimantan, sedang Isti calon mahasiswa dari Sukabumi. Sebelumnya aku dan Isti tidak saling mengenal. Kami berdua lulus menjadi mahasiswa di Kota Semarang dengan jalan masing-masing, pada akhirnya kami dipertemukan dan saling mengenal.
Jika aku hanya berfokus pada takdirku maka selesai lah cerita ini dengan menganggapnya biasa-biasa saja. Pertemuan, perkenalan, dan perpisahan like always! Padahal bisa jadi salah satu alasan mengapa aku berada di Semarang adalah karena takdir Isti. Ada bagian dari takdir Isti yang mengharuskan ia bertemu dan mengenalku, maka aku harus berada di Semarang bukan ?
Atau contoh lainnya
Sepasang muda-mudi berpisah jalan, di balik rentetan alasan mereka berpisah takdir memang telah tertulis di buku hidup masing-masing. Jauh setelah kisah mereka berpisah, sekarang mereka telah menjalani takdir masing-masing, si Muda mendapatkan tambatan hatinya lagi dan si Mudi masih asyik dengan kesendiriannya. Ya, ada takdir orang lain yang mengharuskan Muda-Mudi ini harus berpisah ! takdir tambatan hati si Muda ..! Untuk bertemu dan mengenal tambatan hati Muda yang sekarang, Muda harus berpisah dengan Mudi
Dapatkah poinnya ?
Ya, hidupmu itu tidak selalu tentang dirimu ! karena bisa jadi kau adalah
bagian dari cerita hidup orang lain yang sudah digariskan Tuhan. Keajaiban
takdirlah kau berada di sini atau di sana, di manapun kalian berada. Orang satu
dan yang lainnya bisa saja saling terhubung dalam takdir masing-masing seakan
ada benang tipis tak nampak yang mengikat mereka menjadi sebab-musabab pertanyaan-pertanyaan
dalam hidup orang lain.
Bingung ?
Haha kalian coba saja baca
novelnya semoga kalian dapat pencerahan versi kalian :D
0 komentar
Please kindly leave your comment with your ID