We Called Us, GB | Her Contemplations

We Called Us, GB


Di awal aku membuat blog, mereka sudah pernah ku pernalkan sebagai sahabatku kala SMP, ya karena persahabatan kami di mulai kala SMP. Hingga sekarang aku, Ayu, Wahii, Yona, Metta, Uchi, Ani, Devita, Tria, Tia, Menik, Yogie, Indra, Isman, dan Randi sudah banyak momen yang kami lewati bersama, suka dan duka.

Perselisihan bukan hal yang biasa bagi kami, karena toh sejak SMP kami sudah seringkali berselisih. Hahaha ... jangankan berselisih masalah kecil, dari rebutan gebetan,pacar,perang dingin sesama mantan, pisah sekolah hingga kehilangan salah satu dari kami untuk selama-lamanya pernah kami lalui.

Salah satu hal dari banyak hal yang membuatku sayang banget sama mereka adalah, mereka juga mengenal akrab keluargaku. Ketika ketemu di jalan mereka nggak akan sungkan menyapa kedua orang tuaku mencium tangannya, jadi mereka juga kenal dekat dengan keluargaku.

Geng Beng kala SMP

Berbeda dengan jalinan persahabatan remaja Pangkalan Bun pada umumnya yang bersama meneruskan SMA, kami sudah harus berpisah dengan pilihan masing-masing. Aku, Yogi, Isman, Randi, Indra, Devita, Yona meneruskan di SMA yang sama di Pangkalan Bun. Tia dan Wahii tetap masih di satu kota yang sama namun beda SMA, Metta dan Tria di Palangka Raya, Ani dan Uci nyantriwati di pulau Jawa, dan Ayu SMK di Purwokerto. Walau berpisah, ketika libur puasa/lebaran/tahun baru tiba, kami akan berkumpul lagi J Hingga sekarang ketika menduduki bangku perkuliahan, walau di kota-kota yang berbeda kami tetap berkomunikasi.

Puasa tahun 2012 lalu, kami sepakat untuk foto bersama di salah satu studio foto terbesar di Pangkalan Bun. Personil kami nggak lengkap waktu itu, karena Metta dan Tria nggak pulang ke Pangkalan Bun. Sayangnya sudah dandan kece-kece, hasil fotonya  mengecewakan T____T karena editan backgroundnya ngalay .. haisss yang penting sudah kesampean foto bareng mereka :”




Semoga selalu ada kesempatan untuk kumpul dengan mereka di tahun-tahun depan :” semoga persahabatan kami langgeng dan bisa menjadi kisah seru yang bisa diceritakan pada anak-cucu kelak


Sahabat baik seperti belajar naik sepeda
Walaupun lama tak bersua, 
Jarak dan waktu memisahkan,
Saat bertemu kembali, tetap sama

Mungkin sedikit kaku di awalnya, tapi sama menyenangkan

Sahabat baik laksana lukisan bersejarah
Walaupun muncul teman baru
Tempat baru, sekolah baru, pekerjaan baru
Selalu ada tempat meletakkan lukisan tersebut
Di ruangan terbaik, dan semakin bernilai
Di antara benda-benda istimewa lainnya

Sahabat baik seperti hujan
Yang menyiram lembut tanah gersang nan tandus
Agar tumbuh benih-benih manfaat
Besok lusa tinggi menjulang karena kepedulian
Selalu begitu, tak pernah berhenti

Aduhai, 
Sahabat baik bagai weker, dia mengingatkan
Sahabat baik bagai helm, dia melindungi
Pun bagai sapu lidi, tiada guna sapunya kalau hanya sehelai lidi
Sahabat baik adalah segalanya

Dan tentu saja
Dia lebih istimewa dibanding HP, laptop, gagdet kita
Yang pasti dibuang saat rusak atau ketinggalan jaman
Sahabat baik selalu sebaliknya: semakin lama, semakin istimewa
Selalu spesial.

*Tere Liye


that's us, GB :)

Share:

0 komentar

Please kindly leave your comment with your ID